Langsung ke konten utama

Menyelam


Aku harus terus menyelam, semakin dalam dan semakin dalam
Aku tahu, aku tak mungkin bisa menyelam sampai dasar samudra terdalam ilmu Tuhan
Tapi, jika aku tidak menyelam semakin dalam, aku akan semakin tersiksa
Tersiksa akan kebodohan
Meskipun aku tahu, sedalam apapun aku menyelam
Secepat apapun aku menyelam
Pun jika aku menjadi penyelam tercepat serta terdalam di dunia,
Kedalaman ilmuku tak akan bisa dibandingkan dengan kedalaman ilmu Tuhan
Sebutir debu pun terlalu besar jika dibandingkan dengan ilmu Tuhan
yang apabila seluruh samudra dijadikan tinta tak akan bisa menampung ilmu Tuhan

Ya, aku akan selalu bodoh dan aku harus selalu haus, selalu lapar
Namun jika aku tidak berusaha mengurangi kebodohanku dengan menyelam semakin dalam
Maka aku akan semakin tersiksa dan tersiksa

Aku ingat
Seringkali aku malu, aku ingin tertawa
Ketika ingatanku melayang..
Ketika aku balita, remaja, dewasa muda..
Iya dewasa muda..
Ingatan hanya beberapa hari yang lalu, beberapa bulan yang lalu, tahun yang lalu

Betapa bodohnya aku ketika itu..
Semakin aku menyelam semakin aku paham, betapa bodohnya aku di masa lalu
Begitu pula di masa depan
Jika Tuhan berkenan masih memberiku usia
Adalah wajar ketika aku kemudian menertawakan masa kini atau malu dengan masa kini
Masa aku di saat ini

Karena menyelam adalah keharusan
Dengannya aku tahu, saat ini aku berada di tempat yang berbeda di masa lalu
Semakin menyelam, semakin Tuhan berikan pemahaman,
tidak hanya semakin luas, namun juga semakin mendalam

Ilmu tidak hanya tentang keluasan
Luas namun dangkal, seperti hanya mengandalkan hapalan
Tanpa kepahaman, tanpa rasa, tanpa hati
Ilmu juga tentang kedalaman
Bisa dicapai dengan menyelam, semakin dalam, semakin dalam

Ilmu tidak hanya tentang SD, SMP, SMA, Kuliah
Ilmu tidak hanya tentang apa yang disampaikan melalui perantara makhluk ciptaan Tuhan
Ilmu juga tentang pemahaman yang mendalam, mengenai apa yang mereka sampaikan
yang bisa semakin dirasakan, semakin dalam, semakin dalam..

Lebih dari itu semua, sebenar-benarnya ilmu adalah hidayah yang semakin dalam
Tidak hanya berupa kata-kata, bukan untuk dihafal,
namun tentang rasa dan kedalaman kepahaman,
termanifestasi dalam pikiran, hati, serta perbutan

Jawaban atas kebingungan-kebingungan yang muncul dalam kehidupan

Ilmu tidak sekadar kata-kata yang dihapal
Namun juga berupa wangsit dalam berbagai bentuk
Hingga berbuah menjadi hidayah
ilustrasi: https://pxhere.com/en/photo/674690
Jangan pernah takut salah

Bahagialah ketika tanpa disadari telah melakukan salah
Salah perhitungan, salah melangkah
Karena itu tanda akan datangnya hidayah

Aku harus terus menyelam
Semakin dalam
Jangan pernah berhenti
Meskipun sesekali aku hanya bisa menyelam pelan
Aku harus terus menyelam
Berhenti berarti aku siap disiksa oleh kebodohan

Terus bergerak, semakin dalam
Menyelam


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Saya Cocoknya Jadi Apa?

Setelah setahun lebih tidak pernah update di medsos, akhirnya 2 hari yang lalu @motivatweet kembali muncul di IG. Postingan keduanya di IG berhasil menarik jari-jari saya untuk ikut mengirimkan komentar :) Berikut postingannya: Berikut komentar saya: Paling Suka yang Mana? Saya jadi berfikir, apa sebaiknya saya fokus nulis di blog saja? Sebelumnya, akhir Juli lalu waktu saya meet up dengan sahabat saya, dia bilang, "Kamu tuh cocoknya jadi dosen." Membuat saya makin mantap untuk kembali berpikir, sebenernya saya cocoknya jadi apa sih? Kalau dosen sih kok kayaknya enggak 100% saya ya. Apakah ada profesi yang lebih cocok untuk saya dibanding menjadi seorang entrepreneur? Jika memang ada profesi lain yang lebih cocok untuk saya, tentu, start up saya tidak bisa saya tinggalkan begitu saja. Jujur, aslinya jualan online itu serunya minta ampun. Tapi seringkali saya malasnya juga minta ampun, hehe. Saya itu suka banget kalau disuruh bikin rencana, detail per bulan

Curhatan Pertama Saya di Semacam Buku Diary

Aktivitas beres-beres rumah seringkali tidak hanya membuat rumah kita menjadi lebih rapi dan lebih bersih. Apalagi jika kita sekalian bongkar-bongkar kardus yang berisi buku-buku atau kertas-kertas jadul. Terkadang kita menemukan foto atau apalah yang bisa membuat kita tertawa sendiri. Pada suatu ketika, sudah lama sih. Ingin nulis ini juga sudah lama, baru sekarang direalisasikan, hehe. Saya menemukan diary mbak dini, kakak saya yang nomor dua. Dia punya semacam buku diary kecil yang awalnya fungsi utamanya bukan buat diary maupun notes, tapi dipakai untuk mempersilakan teman-temannya mengisi biodata disana. Biasalah biodata yang ada mifa mafa sama pantun satu titik dua koma, wkwkkwk. Saya dulu ikut-ikutan nulis biodata disitu dengan tulisan acak adul saya, maklum masih SD waktu itu. Berikut tulisan biodata saya: Pada beberapa lembar setelahnya juga ada satu halaman yang berisi curhatan saya. Saya lupa tepatnya kapan saya curhat seperti itu, sepertinya ketika saya mas

Aku Didiagnosa Menderita Gangguan Jiwa

                 F31, kek singkatan namaku euy. Feni 3 1 hehe. KZL. Tapi ya gpp. Udah terlanjur. Ya malah aku syukuri, karena gejala bipolar hampir semua bisa mewakili kepribadianku saat ini. Jadi kalau kamu mau tanya kepribadianku kayak gimana kelebihan dan kekuranganku gimana, itu hampir semua ada jawabannya di list gejala bipolar awikwok.                 ODB punya kecenderungan kreatif, sering berlimpah ide-ide, berprestasi dan mempunyai IQ diatas rata-rata. Banyak tokoh terkenal dengan karya fenomenal ternyata adalah ODB, diantaranya adalah Isaac Newton, Vincent Van Gogh, dan Mozart. Mereka bisa menghasilkan masterpiece di saat mereka sedang dalam kondisi mania.                 Jangan-jangan IQ ku 132 karena aku ODB? Hehe. Jadi ODB berperan besar dalam proses bertelurnya karya-karyaku selama ini yang mengantarku kepada berbagai prestasi. Kalau disuruh milih, mau jadi ODB dg IQ tinggi atau jadi manusia normal dengan IQ sekitaran 100-119 aja? Aku juga bakal milih jadi ODB dg IQ t