Banjir yang akan saya bahas disini adalah banjir air hujan dari langit. Jadi nanti kalau saya menyebut kata banjir lagi, yang dimaksud disitu adalah banjir air hujan, bukan banjir bandang karena bendungan jebol maupun banjir karena sebab lain diluar air hujan dari langit. Maksudnya saya jelaskan seperti ini agar nanti saya tidak perlu menulis "banjir air hujan dari langit" tapi saya cukup menulis "hujan" saja my friends bisa sepaham dengan banjir yang saya maksud.
Sebenarnya saya sudah lama ingin menuliskan tentang ini. Sejak dulu saya masih kuliah. Sampai akhirnya kesampaian waktu ikutan PKM GT dan alhamdulillah dapat insentif dari Dikti di tahun 2013. Sekarang saya ingin menuliskannya lagi di blog, karena pembaca PKM GT saya kan sangat terbatas, hanya teman satu tim, dosen pembimbing, dan reviewer dari Dikti. Sayang kan, padahal kalau dibaca lebih banyak orang lagi, bisa lebih bermanfaat.
Jadi, banjir itu kan terjadi karena jumlah debit air yang berlebihan yang menggenang di suatu lokasi. Penyebab utamanya adalah debit air yang berlebihan. Jadi solusinya adalah mengurangi debit air hujan yang berpotensi untuk menggenang dalam beberapa waktu, bisa hitungan menit, jam, maupun hari, yang parah bisa sampai hitungan pekan.
Selama ini, kita kebanyakan fokus pada solusi bagaimana agar air hujan yang turun tealirkan dengan baik di tanah dan jalanan. Padahal air hujan sendiri adalah air yang suci dan mensucikan. Turun dari langit, bersih tentunya (yang dari langit langsung ya, bukan curahan dari genteng, hehe). Bisa menjadi sumber penghidupan. Mengapa kita tidak mulai untuk tidak hanya fokus bagaimana mengalirkan air hujan yang turun lalu mengalir diatas tanah dan jalanan tapi juga bagaimana agar air hujan ini kita manfaatkan secara maksimal, tidak hanya dibuang secara efektif dan efisien.
Bukan hanya dimanfaatkan agar tanaman dan pepohonan tumbuh subur, tapi juga kita yang tumbuh subur, hehe. Kita kurangi debit air hujan dengan cara menampung air hujan sebanyak yang kita bisa. Kita gunakan air yang turun langsung dari langit ini, yang suci dan mensucikan ini sebagai salah satu sumber air bersih kita, sumber penghidupan kita. Sehingga tidak hanya tanaman dan pepohonan sekitar kita saja yang subur, tapi kita semua sebagai manusia juga ikut subur.
Jika setiap dari kita memiliki tandon-tandon air bersih kita di rumah juga menerima air hujan atau bahkan menyiapkan tandon tambahan untuk menampung air hujan, tentu bisa cukup efektif dalam mengurangi debit air hujan yang berpotensi menggenang diatas tanah, halaman, bangunan, dan jalanan. Sayang kan kalau air bersih yang turun dari langit langsung terbuang-buang begitu saja dan malah berpotensi menjadi sumber penyakit dan melumpuhkan kehidupan normal dalam beberapa waktu karena menggenang dalam beberapa saat.
Menjadi ironi ketika air hujan yang turun dari langit, suci mensucikan justru menyebabkan kelangkaan air bersih karena mati listrik atau sumber air utama seperti sumur terendam banjir. Yap, tidak hanya didaerah banjir, hujan deras disertai angin kencang juga bisa menyebabkan tiang listrik roboh atau gangguan listrik lainnya yang menyebabkan sanyo di rumah tidak bisa mengangkat air sumur di rumah kita ke atas tandon air bersih kita semua. Ironi sekali kan, di sekeliling kita air bersih, suci mensucikan, terus menerus turun dari langit tapi kita sendiri di dalam rumah mengalami kelangkaan air bersih. Kenapa tidak ditampung saja?
Solusi menampung air hujan sebanyak mungkin yang kita bisa ini bisa berlaku di daerah dengan potensi banjir tinggi tentu saja bisa maksimal jika dibarengi dengan konstruksi bangunan yang kuat. Tanpa konstruksi bangunan yang kuat, bangunan atau tower yang jadi tempat tandon air hujan bisa ikut hanyut ketika arus banjir cukup deras. Bisa menjadi catatan jika kita yang tinggal di daerah banjir ingin membuat bangunan baru, tower air baru, atau merenovasi bangunan.
Oh iya solusi ini cocok sekali kalau diterapkan oleh semua bangunan milik instansi pemerintah, BUMN, serta instansi2 swasta besar di Indonesia. Saya kira bangunan milik mereka pasti memiliki konstruksi yang lebih kuat dibanding milik rakyat jelata seperti saya, hehe. Selain tentu saja bangunan milik mereka lebih besar, jadi bisa lebih banyak menampung air hujan.
Tandon air hujan bisa kita buat buka tutup manual setiap hujan deras, bisa juga kita bikin teknologi khusus yang otomatis. Power yang kuat dari hujan deras bisa dimanfaatkan untuk memencet tombol secara otomatis yang bisa membuka pintu tandon air secara otomatis. Saklarnya bisa berupa wadah kecil yang akan ON jika hujan turun cukup deras, karena air yang tertampung dalam saklar berupa wadah kecil tersebut penuh. Nantinya pintu tandon air bisa menutup secara otomatis kembali ketika air di dalam wadah mulai surut, tandanya hujan deras sudah berakhir. Jadi wadah kecil yang berfungsi sebagai tenaga pemencet tombol buka tutup pintu tandon air ini mempunyai beberapa lubang kecil dibawahnya, berfungsi untuk penanda hujan masih deras atau sudah mulai mereda.
Demikian pemaparan saya mengenai banjir, debit air, dan solusi kelangkaan air bersih ketika hujan deras. Semoga bermanfaat untuk my friends sekalian :)
Sebenarnya saya sudah lama ingin menuliskan tentang ini. Sejak dulu saya masih kuliah. Sampai akhirnya kesampaian waktu ikutan PKM GT dan alhamdulillah dapat insentif dari Dikti di tahun 2013. Sekarang saya ingin menuliskannya lagi di blog, karena pembaca PKM GT saya kan sangat terbatas, hanya teman satu tim, dosen pembimbing, dan reviewer dari Dikti. Sayang kan, padahal kalau dibaca lebih banyak orang lagi, bisa lebih bermanfaat.
![]() |
Ilustrasi: https://www.flickr.com/photos/jonathanvlarocca/413595765/ |
Selama ini, kita kebanyakan fokus pada solusi bagaimana agar air hujan yang turun tealirkan dengan baik di tanah dan jalanan. Padahal air hujan sendiri adalah air yang suci dan mensucikan. Turun dari langit, bersih tentunya (yang dari langit langsung ya, bukan curahan dari genteng, hehe). Bisa menjadi sumber penghidupan. Mengapa kita tidak mulai untuk tidak hanya fokus bagaimana mengalirkan air hujan yang turun lalu mengalir diatas tanah dan jalanan tapi juga bagaimana agar air hujan ini kita manfaatkan secara maksimal, tidak hanya dibuang secara efektif dan efisien.
Bukan hanya dimanfaatkan agar tanaman dan pepohonan tumbuh subur, tapi juga kita yang tumbuh subur, hehe. Kita kurangi debit air hujan dengan cara menampung air hujan sebanyak yang kita bisa. Kita gunakan air yang turun langsung dari langit ini, yang suci dan mensucikan ini sebagai salah satu sumber air bersih kita, sumber penghidupan kita. Sehingga tidak hanya tanaman dan pepohonan sekitar kita saja yang subur, tapi kita semua sebagai manusia juga ikut subur.
Jika setiap dari kita memiliki tandon-tandon air bersih kita di rumah juga menerima air hujan atau bahkan menyiapkan tandon tambahan untuk menampung air hujan, tentu bisa cukup efektif dalam mengurangi debit air hujan yang berpotensi menggenang diatas tanah, halaman, bangunan, dan jalanan. Sayang kan kalau air bersih yang turun dari langit langsung terbuang-buang begitu saja dan malah berpotensi menjadi sumber penyakit dan melumpuhkan kehidupan normal dalam beberapa waktu karena menggenang dalam beberapa saat.
Menjadi ironi ketika air hujan yang turun dari langit, suci mensucikan justru menyebabkan kelangkaan air bersih karena mati listrik atau sumber air utama seperti sumur terendam banjir. Yap, tidak hanya didaerah banjir, hujan deras disertai angin kencang juga bisa menyebabkan tiang listrik roboh atau gangguan listrik lainnya yang menyebabkan sanyo di rumah tidak bisa mengangkat air sumur di rumah kita ke atas tandon air bersih kita semua. Ironi sekali kan, di sekeliling kita air bersih, suci mensucikan, terus menerus turun dari langit tapi kita sendiri di dalam rumah mengalami kelangkaan air bersih. Kenapa tidak ditampung saja?
Solusi menampung air hujan sebanyak mungkin yang kita bisa ini bisa berlaku di daerah dengan potensi banjir tinggi tentu saja bisa maksimal jika dibarengi dengan konstruksi bangunan yang kuat. Tanpa konstruksi bangunan yang kuat, bangunan atau tower yang jadi tempat tandon air hujan bisa ikut hanyut ketika arus banjir cukup deras. Bisa menjadi catatan jika kita yang tinggal di daerah banjir ingin membuat bangunan baru, tower air baru, atau merenovasi bangunan.
Oh iya solusi ini cocok sekali kalau diterapkan oleh semua bangunan milik instansi pemerintah, BUMN, serta instansi2 swasta besar di Indonesia. Saya kira bangunan milik mereka pasti memiliki konstruksi yang lebih kuat dibanding milik rakyat jelata seperti saya, hehe. Selain tentu saja bangunan milik mereka lebih besar, jadi bisa lebih banyak menampung air hujan.
Tandon air hujan bisa kita buat buka tutup manual setiap hujan deras, bisa juga kita bikin teknologi khusus yang otomatis. Power yang kuat dari hujan deras bisa dimanfaatkan untuk memencet tombol secara otomatis yang bisa membuka pintu tandon air secara otomatis. Saklarnya bisa berupa wadah kecil yang akan ON jika hujan turun cukup deras, karena air yang tertampung dalam saklar berupa wadah kecil tersebut penuh. Nantinya pintu tandon air bisa menutup secara otomatis kembali ketika air di dalam wadah mulai surut, tandanya hujan deras sudah berakhir. Jadi wadah kecil yang berfungsi sebagai tenaga pemencet tombol buka tutup pintu tandon air ini mempunyai beberapa lubang kecil dibawahnya, berfungsi untuk penanda hujan masih deras atau sudah mulai mereda.
Demikian pemaparan saya mengenai banjir, debit air, dan solusi kelangkaan air bersih ketika hujan deras. Semoga bermanfaat untuk my friends sekalian :)
Komentar
Posting Komentar