Langsung ke konten utama

Sarjana Ekonomi yang Memalukan

Pekan lalu aku sempat bercerita tentang pengalamanku mendaftar kompetisi Deureuham. Awalnya aku cuma mau post di IG sama blog. Tapi waktu mau post di IG ada pilihan share di FB. Aku kira ke share di FB yang aku disitu cuma temenan sama satu dosen. Aku punya 3 FB btw wkwkwk.

Ternyata malah ke share di FB yang aku temenan sama banyak dosen. Mungkin sudah pada lupa juga sih sama aku. Kalau ada yang inget mungkin hanya beberapa dosen, tidak sampai 5 maybe. Kalaupun ke share di FB yang cuma temenan sama satu dosen, sebenarnya aku juga malu sih. Waktu itu cuma mau coba-coba aja, sebelumnya belum pernah post di IG pribadi terus on-in tombol auto share ke FB.

Kenapa aku malu adalah karena di post itu aku jujur kalau gak pernah bikin catatan pengeluaran. Kalau pemasukan sih udah dari awal tahun konsisten. Database pembeli baru konsisten mulai Maret (awal tahun juga ya masuknya).

Aku kan sempat ingin gabung di JDV. Sepertinya nyaman aja gitu kalau kapan-kapan pengen kerja di luar rumah. Kalau ke cafe atau coworking space boros, minimal habis puluhan ribu buat  sekali dateng :( Ada sih coworking space gratis tapi punya komunitas gitu. Aku 3x kesana nuansanya homogen gitu, jadi canggung.

Syarat ikut JDV itu harus bikin apa aku lupa. Analisis bisnis gitu atau apa ya. Mungkin Business Model Canvas kali ya. Nah itu, males bikinnya. Akhirnya aku gak jadi daftar.

Kompetisi Deureuham tidak mewajibkan pendaftar bikin proposal bisnis dengan format yang bikin pusing serta aku juga tidak perlu bikin Business Model Canvas. Nah ini, sebagai sarjana ekonomi, prodi manajemen, konsentrasi marketing, malu-maluin banget kan kayak gitu aja males. Jangankan bikin laporan keuangan yang mana itu udah diajarin di universitas. Catatan pengeluaran aja gak punya :(

Sarjana ekonomi kok gak beda sama pelaku bisnis umkm lain yang gak kuliah di fakultas ekonomi, jurusan manajemen lagi! Sungguh memalukan. Ya, begitulah. Kepada Bapak Ibu dosen mohon maafkan saya :(

Hal ini bukan karena perkuliahan yang aku jalani selama bertahun-tahun lamanya tidak ada bekasnya. Tidak. Tapi aku setuju kalau guruku bilang, teori yang dipelajari mahasiswa manajemen itu lebih pas diterapkan di perusahaan besar, bukan untuk bisnis level mikro. Jurusan manajemen lebih ke mempersiapkan kita untuk bekerja di korporasi daripada membuka bisnis sendiri.

ilustrasi: flickr un.sospiro
Meskipun universitas sesungguhnya sangat mendukung terciptanya entrepreneur-entrepreneur baru di kalangan mahasiswa. Kapan itu setelah aku lulus, main ke plaza baru milik universitasku dulu, aku menemukan bahwa ada unit kegiatan mahasiswa wirausaha. Jamanku awal kuliah belum ada.

Menjadi mahasiswa juga memungkinkan kita mendapatkan berbagai pinjaman tanpa bunga serta dana hibah yang berlimpah ruah dari pemerintah. Banyak pula kompetisi terkait bisnis yang diadakan untuk para mahasiswa. Belum lagi publikasi yang amat sangat mudah kita dapatkan. Gampang masuk koran, majalah, tv.

Menurutku kalau kamu masih anak sekolahan, pengen jadi entrepreneur terus pengen masuk jurusan manajemen tepat kok. Cuma sebaiknya sih gak langsung abis lulus. Tunda 1-2 tahun dulu. Selagi sekolah mulai wirausaha. Gausah bingung gausah bimbang buka aja formulabisnis.id. Ikut mentoringnya sekalian. Aku sempat pengen ikut mentoringnya dulu, tapi aku pending, soalnya sebenarnya aku udah mentoring sama Bang Motty. Tugasnya aja masih numpuk kalau ikut mentoring formulabisnis.id ga kebayang, hehe.

Kalau udah mentoring mah enak. Mentor bilang apa tinggal ikutin. Tapi gak asal mentor juga. Di Indonesia ada beberapa platform pembelajaran bisnis, yang paling pas buat pebisnis muda ya formulabisnis.id menurutku. Bang Motty sama formulabisnis.id seiring serta sejalan, jadi it's oke aku belajar dari dua sumber yang sesungguhnya satu.

Sekarang kan eranya internet ya, dah dari beberapa tahun yang lalu sih. Internet marketing sudah membuat berbagai disrupsi di dunia bisnis. Sedangkan di jurusan manajemen, kita gak banyak belajar tentang itu. So, itulah kenapa aku bilang kalau masih sekolah mending mentoring formulabisnis.id atau mentoring sama Bang Motty (gak setiap saat buka). Paling enak memang dimulai dari menjadi internet marketer. Efisien. Efektif juga. Diawal mending genjot skill pemasaran, main langsung di produksi terlalu riskan.

Dulu, aku mulai bisnisku yang sekarang ini setelah ikut workshop internet marketing yang diadakan YukBisnis milik Pak Jaya Setiabudi. Seseorang yang saya anggap guru bisnis saya selain Bang Motty. Dua-duanya seiring sejalan kok, ilmunya mirip. Jargonnya sama: "Tanpa Tapi, Tanpa Nanti." E tapi aku masih suka nanti2, alhamdulillah Bang Motty baik banget.

Kadang aku agak gimana kalau menyebut Pak Jaya Setiabudi sebagai guru bisnisku. Soalnya aku belum pantas disebut murid. Ilmu dari beliau yang sudah beliau share di dunia maya baru sedikit sekali yang aku aplikasikan. Selain itu Pak Jaya anti kapitalis, akunya masih perlu bebersih diri dari kapitalisme.

Bisa dikatakan sumber ilmu bisnis utamaku itu ya Pak Jaya sama Bang Motty. Setiap para guruku ini share sesuatu, ilmu yang sudah aku dapetin di jurusan manajemen berguna kok. Aku jadi lebih cepat paham, karena sesekali nyenggol2 ke apa yang sudah diajarkan di universitas juga. Meskipun gak banyak. Karena ilmu bisnis, pemasaran kan terus berkembang ya. Apalagi di era internet saat ini. Gila sih perkembangannya. Jadi aku harus fleksibel.

Kalau berpedoman teguh sama yang sudah diajarkan di universitas bahaya. Ilmu itu kan sifatnya juga terus berkembang. Muncul teori-teori baru yang akan memperkuat atau mematahkan teori yang lama. Perkembangan ilmu itu wajib harus demi dunia yang lebih baik ceilah.

Buat para teenager yang entrepreneur wannabe, mending setelah lulus SMA daftar Young Entrepreneur Academy, cuma 6 bulan aja kuliahnya ini. Baru abis itu setelah bisnisnya masuk ke tahapan sistemasi baru daftar jadi calon sarjana. Jadi nanti bisa menjalani kuliah S1 Manajemen dengan semangat. Karena bisnis kita sudah bisa lebih nyambung dengan teori yang bakal diajarkan di jurusan manajemen.

Banyak hal sih yang bisa kita dapetin dari universitas yang ngedukung bisnis banget kalau bisnis kita sudah masuk tahapan sistemasi. Mau konsultasi laporan keuangan banyak dosen yang bisa pakai banget. Wawasan kita juga bertambah dengan mengetahui bagaimana pengelolaan korporasi dengan berbagai teori di jurusan manajemen.

Mau kolaborasi lebih gampang dapetin temen. Modal publikasi segala macem jauh lebih gampang didapatkan dibanding ketika kita tidak berstatus sebagai mahasiswa. Banyak program pemerintah yang support entrepreneur dan itu jauh lebih mudah didapat ketika masih menjadi mahasiswa. Dll. Cuma yang harus kita ingat, kita harus paham fondasi bisnis berkah, prinsip kapitalisme cukup kita ketahui saja. Sudah itu aja sih. Aku senang pernah kuliah di manajemen meskipun nyesel gak mulai bisnis yang sekarang ini jauh sebelum kuliah di manajemen.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Saya Cocoknya Jadi Apa?

Setelah setahun lebih tidak pernah update di medsos, akhirnya 2 hari yang lalu @motivatweet kembali muncul di IG. Postingan keduanya di IG berhasil menarik jari-jari saya untuk ikut mengirimkan komentar :) Berikut postingannya: Berikut komentar saya: Paling Suka yang Mana? Saya jadi berfikir, apa sebaiknya saya fokus nulis di blog saja? Sebelumnya, akhir Juli lalu waktu saya meet up dengan sahabat saya, dia bilang, "Kamu tuh cocoknya jadi dosen." Membuat saya makin mantap untuk kembali berpikir, sebenernya saya cocoknya jadi apa sih? Kalau dosen sih kok kayaknya enggak 100% saya ya. Apakah ada profesi yang lebih cocok untuk saya dibanding menjadi seorang entrepreneur? Jika memang ada profesi lain yang lebih cocok untuk saya, tentu, start up saya tidak bisa saya tinggalkan begitu saja. Jujur, aslinya jualan online itu serunya minta ampun. Tapi seringkali saya malasnya juga minta ampun, hehe. Saya itu suka banget kalau disuruh bikin rencana, detail per bulan...

Curhatan Pertama Saya di Semacam Buku Diary

Aktivitas beres-beres rumah seringkali tidak hanya membuat rumah kita menjadi lebih rapi dan lebih bersih. Apalagi jika kita sekalian bongkar-bongkar kardus yang berisi buku-buku atau kertas-kertas jadul. Terkadang kita menemukan foto atau apalah yang bisa membuat kita tertawa sendiri. Pada suatu ketika, sudah lama sih. Ingin nulis ini juga sudah lama, baru sekarang direalisasikan, hehe. Saya menemukan diary mbak dini, kakak saya yang nomor dua. Dia punya semacam buku diary kecil yang awalnya fungsi utamanya bukan buat diary maupun notes, tapi dipakai untuk mempersilakan teman-temannya mengisi biodata disana. Biasalah biodata yang ada mifa mafa sama pantun satu titik dua koma, wkwkkwk. Saya dulu ikut-ikutan nulis biodata disitu dengan tulisan acak adul saya, maklum masih SD waktu itu. Berikut tulisan biodata saya: Pada beberapa lembar setelahnya juga ada satu halaman yang berisi curhatan saya. Saya lupa tepatnya kapan saya curhat seperti itu, sepertinya ketika saya mas...

Aku Didiagnosa Menderita Gangguan Jiwa

                 F31, kek singkatan namaku euy. Feni 3 1 hehe. KZL. Tapi ya gpp. Udah terlanjur. Ya malah aku syukuri, karena gejala bipolar hampir semua bisa mewakili kepribadianku saat ini. Jadi kalau kamu mau tanya kepribadianku kayak gimana kelebihan dan kekuranganku gimana, itu hampir semua ada jawabannya di list gejala bipolar awikwok.                 ODB punya kecenderungan kreatif, sering berlimpah ide-ide, berprestasi dan mempunyai IQ diatas rata-rata. Banyak tokoh terkenal dengan karya fenomenal ternyata adalah ODB, diantaranya adalah Isaac Newton, Vincent Van Gogh, dan Mozart. Mereka bisa menghasilkan masterpiece di saat mereka sedang dalam kondisi mania.                 Jangan-jangan IQ ku 132 karena aku ODB? Hehe. Jadi ODB berperan besar dalam proses bertelurnya karya-karyaku se...