Its okay to be not okay adalah mantraku sejak 7 Juni kemarin. Aku merasa butuh meditasi beberapa hari setelah kerja lebih keras dibanding biasanya di akhir Mei. Aku sempat merasa bersalah. Aku merasa oh sungguh aku kurang produktif banget but its okay.
Aku pernah baca postingan di ig apdc katanya its okay jika suatu saat kita merasa tidak produktif. Sesekali libur dan mengkhususkan waktu untuk bermeditasi itu gpp. Sesekali tidak bersemangat itu tidak apa-apa. Jangan merasa bersalah hanya karena kita gagal menjaga semangat di setiap harinya setiap saat setiap waktu.
Aku juga beberapa kali baca gak ngapa-ngapain itu baik juga sesekali. Kalau emang rasanya lagi bundet. So, its okay ketika aku tidak produktif dalam jangka waktu tertentu.
Kalau aku bilang aku bekerja lebih keras jangan disamakan dengan kerja keras kalian atau orang lain my friends. Aku akui aku belum pernah masuk kategori pekerja keras sejak dulu. Sekarang sedang berusaha agar bisa mencicipi itu.
Its okay tidak menjadi seperti orang-orang. Level orang berbeda-beda. Kekurangan dan kelebihan tiap orang berbeda-beda. Setiap orang memiliki jalan hidupnya masing-masing. Keren itu tidak ketika menjadi paling diantara orang-orang, tapi keren itu ketika menjadi lebih baik dari sebelumnya. Tidak melulu soal harta dan angka namun lebih ke kepribadian. Tentang pencerahan-pencerahan kehidupan yang kita dapatkan. Tentang menjadi pribadi yang lebih baik. Tidak apa jika belum sebaik orang lain, setidaknya lebih baik dari sebelumnya dan mendapatkan pelajaran-pelajaran kehidupan baru yang sebelumnya belum pernah didapatkan.
Tidak lama setelah itu aku melihat ada drakor baru dengan judul mirip, "Its Okay to Not be Okay." Yang bener yg mana sih? Tapi kalau yang jadi judul drakor itu kok kayak kurang nyaman diucapkan. Tapi bisa jadi ya bener semua. Kalau sampai jadi judul serial internasional masa sih salah. Cuma karena lebih nyaman dengan kalimat serupa yang lebih nyaman diucapkan aku tidak memilih memasukkan judul drakor tsb ke dalam judul, pilih kalimat satunya aja.
Aku bukan penggemar drakor. Serial terakhir yang aku lihat ya cuma pas masih suka nonton tv aja dan aku sudah bertahun-tahun lamanya gak lihat tv. Seingatku terakhir ngikutin drakor pas SD abis itu gak pernah ngikutin rutin. Dulu paling sesekali pas gabut pengen nonton tv lama kelamaan males nonton tv.
Terus kan aku kepikiran. Mereka yang bermasalah dengan kesehatan mental banyak yang tidak merasa sakit sehingga tidak mau berobat. Padahal semakin dini terdeteksi semakin besar peluang untuk sembuh semakin lebih mudah proses penyembuhannya. Cuma dari artikel-artikel yang aku baca juga dari saksi dengan mata kepala sendiri. Kok mata kepala sih, padahal aku pakai telinga juga ketika mendapatkan fakta bahwa seringkali keluarga dari mereka yang bermasalah dengan kesehatan mental lebih memilih pengobatan alternatif ketimbang secara medis. Padahal hal itu justru bisa bikin makin parah makin jauh dari kesembuhan.
Awalnya dikira gangguan jin. Setelah diruqyah tidak berubah. Tapi tidak lalu datang ke tenaga medis.
Kenapa sih orang-orang ada yang anti ke psikolog. Padahal buat aku biasa saja. Kalau lagi tidak ada teman curhat dan pengen curhat aku ke psikolog. Kalau sama teman tu gak selalu dapat saran yang tepat. Tapi aku juga suka sih kalau teman yang dicurhatin mau mendengar syukur-syukur mensupport. Kalau sama tukang judge dan berpotensi gagal memahami aku mending gak curhat sih. Suka kzl sendiri kalau ngobrol apalagi curhat sama orang yang susah buat bisa memahami kita kan. Terus kasih tanggapan yang malah bikin emosi, hehe.
Terutama kalian yang gak ada teman cobalah ke psikolog kalau pas lagi butuh teman curhat. Better dari lembaga yang terpercaya dan sejenis kelamin sih. Ingat kasus psikolog selebgram yang sempat ramai itu kan. Aku sih dari awal lihat paid promote dia di akun-akun IG berfollower banyak sudah kayak yang iyuh duluan. Apalagi pas selebgram psikolog itu ikutan nyinyir sama gosip2 artis lemes bet coy mulutnya padahal lakik. Banyak yang bilang juga dia itu sebenernya bukan psikolog. Ga peduli sih aku juga.
Apalagi kalau sudah ada keinginan berbau bunuh2an. Mending segera cerita ke psikolog. Kalau kamu sering abusive, juga wajib ke psikolog. Kamu selalu merasa benar dan orang lain selalu salah cobalah ke psikolog. Sekedar butuh teman curhat psikolog juga bisa banget bantuin kamu.
Jangan pernah bilang mereka yang bermasalah dengan kesehatan mental itu kurang iman. Karena ya itu bisa jadi memang ada kelebihan hormon tertentu di otak yang butuh diobati agar bisa seperti mereka yang tidak bermasalah dengan kesehatan mental. Mereka yang tidak berakal sehat (syarat wajib beribadah dalam Islam) seumur hidupnya saja tidak auto dimasukkan ke neraka oleh Tuhan (konsultasi syariah terkait mental illness). Justru mereka yang suka nge-judge orang lain kurang iman tidak ada jaminan selamat dari api neraka bagi mereka.
Kalian yang punya phobia, juga bisa loh datang ke psikolog. Senang kan kalau bisa hidup tanpa phobia. Mengganggu juga kan kalau takut, jijik, atau anti sama sesuatu yang tidak masuk akal. Temenku ada yang phobia sesuatu, meskipun orang yang phobia itu tahu ketakutannya tidak masuk akal, tapi rasa takut/jijik/anti itu benar-benar nyata.
Aku jadi mikir. Kayaknya kalau ada cerita film-film terkenal yang menjadikan mereka yang bermasalah dengan kesehatan mental sebagai tokoh utama bakal bisa membuat orang tidak anti mencari pertolongan medis dengan masalah mental mereka. Dan merasa its okay kalau memang ternyata mental mereka butuh pertolongan medis lalu berobat dan menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Tidak ada yang sempurna selain Tuhan, jadi menjadi lebih baik itu adalah sesuatu yang sebaiknya selalu terjadi pada semua manusia tanpa terkecuali. Bukan karena manusia itu buruk, tapi karena tidak akan ada manusia yang sempurna, kesempurnaan hanya milik Tuhan.
Aku ingin orang itu datang ke psikolog, psikiater semudah mereka datang ke dokter umum. Kalau memang butuh ke psikolog atau ke psikiater ya why not kan. Karena tidak semua orang aware sama kesehatan mentalnya sendiri, kalau ada orang terdekat yang nampak bermasalah dengan kesehatan mentalnya jangan sungkan-sungkan mencari pertolongan medis yang diperlukan.
Aku cari-cari tahu. Terus setelah searching tahu katanya ada itu film hollywood yang tokoh utamanya skizofrenia tapi jenius. Aku gak suka tapi kalau ada fakta2 tidak membumi mengenai tokoh utamanya. Mbok ya yang orang rata-rata aja jangan yang punya kelebihan yang langka. Dikisahkan betapa bermanfaat untuk sesama itu hebat serta jalan ceritanya dekat dengan dunia nyata kebanyakan orang. Biasa kan orang-orang merasa keren dan jadi tambah PD kalau punya kesamaan-kesamaan dengan tokoh utama film-film terkenal lalu terinspirasi melakukan apa yang mereka lakukan.
Line today meskipun membosankan kayak IG jadi alternatif hiburan terseringku sih selama ini. Disitu aku tahu bahwa drakor dengan judul seirama dengan mantraku diawal bulan Juni kemarin bercerita tentang Mental Hospital. Tapi yang aku gak suka tokoh utamanya digambarkan seorang yang diatas rata-rata tuh kan gak membumi. Jadi tokoh utama perempuannya itu seorang penulis dongeng terkenal. Akutu takut film ini gak cocok sama pasien kesehatan mental karena malah justru mereka jadi tambah terpuruk karena membuat mereka jadi berekspektasi terlalu tinggi. Hidup ini kan sebenernya yang penting jadi pribadi yang lebih baik serta bermanfaat. Tidak semua orang punya privilege untuk terkenal didunia. Tapi siapapun tanpa privilege apapun bisa terkenal di surga.
Akutu juga berpikir kesibukan seperti apa yang sebaiknya dilakukan oleh pasien Mental Hospital setelah keluar dari rawat inap. Kesibukan yang cocok tentu juga bisa berbeda-beda. Apalagi kalau pasien tipe yang mudah tersinggung dan kalau ngamuk serem. Salah satu yang terpikir mudah dan menyenangkan ya nonton film.
Film yang cocok ya kukira tergantung orangnya juga. Lebih suka yang membumi atau science fiction. Buat yg jomblo hindari drama romantis. Idealnya sih ya film-film yang bikin kita bilang ke diri kita sendiri its okay to be not okay. Tidak ada manusia yang sempurna, ketika kesehatan fisik maupun mental ada masalah ya gpp. Namanya juga manusia. Tetap bisa masuk surga dan menjadi pribadi yang lebih baik itu kan yang penting. Gak harus terkenal gak harus jenius gak harus kaya raya daya. Bisa mandiri dan bermanfaat bagi orang lain itu yang penting.
Yaudah sih, aku sudah biasa ke psikolog kuy kalian jugaa.. Mari kita lebih aware dengan kesehatan mental diri sendiri maupun orang terdekat. Its okay to be not okay. Btw maaf kalau kata-kata yang aku pakai terkesan boros. Soalnya aku hanya berusaha menjaga kata-kata aja. Kan gak semua orang aware dengan kesehatan mentalnya sendiri, jadi disini aku juga benar-benar berusaha memilah kata agar postingan ini nyaman dibaca oleh semua termasuk pasien kesehatan mental. Kita gak boleh loh bilang orang yang ke psikiater itu orang gila, karena setiap masalah kesehatan mental punya istilah dan istilah gila adalah istilah yang dilarang.
Aku pernah baca postingan di ig apdc katanya its okay jika suatu saat kita merasa tidak produktif. Sesekali libur dan mengkhususkan waktu untuk bermeditasi itu gpp. Sesekali tidak bersemangat itu tidak apa-apa. Jangan merasa bersalah hanya karena kita gagal menjaga semangat di setiap harinya setiap saat setiap waktu.
Aku juga beberapa kali baca gak ngapa-ngapain itu baik juga sesekali. Kalau emang rasanya lagi bundet. So, its okay ketika aku tidak produktif dalam jangka waktu tertentu.
Kalau aku bilang aku bekerja lebih keras jangan disamakan dengan kerja keras kalian atau orang lain my friends. Aku akui aku belum pernah masuk kategori pekerja keras sejak dulu. Sekarang sedang berusaha agar bisa mencicipi itu.
Its okay tidak menjadi seperti orang-orang. Level orang berbeda-beda. Kekurangan dan kelebihan tiap orang berbeda-beda. Setiap orang memiliki jalan hidupnya masing-masing. Keren itu tidak ketika menjadi paling diantara orang-orang, tapi keren itu ketika menjadi lebih baik dari sebelumnya. Tidak melulu soal harta dan angka namun lebih ke kepribadian. Tentang pencerahan-pencerahan kehidupan yang kita dapatkan. Tentang menjadi pribadi yang lebih baik. Tidak apa jika belum sebaik orang lain, setidaknya lebih baik dari sebelumnya dan mendapatkan pelajaran-pelajaran kehidupan baru yang sebelumnya belum pernah didapatkan.
Tidak lama setelah itu aku melihat ada drakor baru dengan judul mirip, "Its Okay to Not be Okay." Yang bener yg mana sih? Tapi kalau yang jadi judul drakor itu kok kayak kurang nyaman diucapkan. Tapi bisa jadi ya bener semua. Kalau sampai jadi judul serial internasional masa sih salah. Cuma karena lebih nyaman dengan kalimat serupa yang lebih nyaman diucapkan aku tidak memilih memasukkan judul drakor tsb ke dalam judul, pilih kalimat satunya aja.
Aku bukan penggemar drakor. Serial terakhir yang aku lihat ya cuma pas masih suka nonton tv aja dan aku sudah bertahun-tahun lamanya gak lihat tv. Seingatku terakhir ngikutin drakor pas SD abis itu gak pernah ngikutin rutin. Dulu paling sesekali pas gabut pengen nonton tv lama kelamaan males nonton tv.
Terus kan aku kepikiran. Mereka yang bermasalah dengan kesehatan mental banyak yang tidak merasa sakit sehingga tidak mau berobat. Padahal semakin dini terdeteksi semakin besar peluang untuk sembuh semakin lebih mudah proses penyembuhannya. Cuma dari artikel-artikel yang aku baca juga dari saksi dengan mata kepala sendiri. Kok mata kepala sih, padahal aku pakai telinga juga ketika mendapatkan fakta bahwa seringkali keluarga dari mereka yang bermasalah dengan kesehatan mental lebih memilih pengobatan alternatif ketimbang secara medis. Padahal hal itu justru bisa bikin makin parah makin jauh dari kesembuhan.
Awalnya dikira gangguan jin. Setelah diruqyah tidak berubah. Tapi tidak lalu datang ke tenaga medis.
Kenapa sih orang-orang ada yang anti ke psikolog. Padahal buat aku biasa saja. Kalau lagi tidak ada teman curhat dan pengen curhat aku ke psikolog. Kalau sama teman tu gak selalu dapat saran yang tepat. Tapi aku juga suka sih kalau teman yang dicurhatin mau mendengar syukur-syukur mensupport. Kalau sama tukang judge dan berpotensi gagal memahami aku mending gak curhat sih. Suka kzl sendiri kalau ngobrol apalagi curhat sama orang yang susah buat bisa memahami kita kan. Terus kasih tanggapan yang malah bikin emosi, hehe.
Terutama kalian yang gak ada teman cobalah ke psikolog kalau pas lagi butuh teman curhat. Better dari lembaga yang terpercaya dan sejenis kelamin sih. Ingat kasus psikolog selebgram yang sempat ramai itu kan. Aku sih dari awal lihat paid promote dia di akun-akun IG berfollower banyak sudah kayak yang iyuh duluan. Apalagi pas selebgram psikolog itu ikutan nyinyir sama gosip2 artis lemes bet coy mulutnya padahal lakik. Banyak yang bilang juga dia itu sebenernya bukan psikolog. Ga peduli sih aku juga.
Apalagi kalau sudah ada keinginan berbau bunuh2an. Mending segera cerita ke psikolog. Kalau kamu sering abusive, juga wajib ke psikolog. Kamu selalu merasa benar dan orang lain selalu salah cobalah ke psikolog. Sekedar butuh teman curhat psikolog juga bisa banget bantuin kamu.
Jangan pernah bilang mereka yang bermasalah dengan kesehatan mental itu kurang iman. Karena ya itu bisa jadi memang ada kelebihan hormon tertentu di otak yang butuh diobati agar bisa seperti mereka yang tidak bermasalah dengan kesehatan mental. Mereka yang tidak berakal sehat (syarat wajib beribadah dalam Islam) seumur hidupnya saja tidak auto dimasukkan ke neraka oleh Tuhan (konsultasi syariah terkait mental illness). Justru mereka yang suka nge-judge orang lain kurang iman tidak ada jaminan selamat dari api neraka bagi mereka.
Kalian yang punya phobia, juga bisa loh datang ke psikolog. Senang kan kalau bisa hidup tanpa phobia. Mengganggu juga kan kalau takut, jijik, atau anti sama sesuatu yang tidak masuk akal. Temenku ada yang phobia sesuatu, meskipun orang yang phobia itu tahu ketakutannya tidak masuk akal, tapi rasa takut/jijik/anti itu benar-benar nyata.
Aku jadi mikir. Kayaknya kalau ada cerita film-film terkenal yang menjadikan mereka yang bermasalah dengan kesehatan mental sebagai tokoh utama bakal bisa membuat orang tidak anti mencari pertolongan medis dengan masalah mental mereka. Dan merasa its okay kalau memang ternyata mental mereka butuh pertolongan medis lalu berobat dan menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Tidak ada yang sempurna selain Tuhan, jadi menjadi lebih baik itu adalah sesuatu yang sebaiknya selalu terjadi pada semua manusia tanpa terkecuali. Bukan karena manusia itu buruk, tapi karena tidak akan ada manusia yang sempurna, kesempurnaan hanya milik Tuhan.
Aku ingin orang itu datang ke psikolog, psikiater semudah mereka datang ke dokter umum. Kalau memang butuh ke psikolog atau ke psikiater ya why not kan. Karena tidak semua orang aware sama kesehatan mentalnya sendiri, kalau ada orang terdekat yang nampak bermasalah dengan kesehatan mentalnya jangan sungkan-sungkan mencari pertolongan medis yang diperlukan.
Aku cari-cari tahu. Terus setelah searching tahu katanya ada itu film hollywood yang tokoh utamanya skizofrenia tapi jenius. Aku gak suka tapi kalau ada fakta2 tidak membumi mengenai tokoh utamanya. Mbok ya yang orang rata-rata aja jangan yang punya kelebihan yang langka. Dikisahkan betapa bermanfaat untuk sesama itu hebat serta jalan ceritanya dekat dengan dunia nyata kebanyakan orang. Biasa kan orang-orang merasa keren dan jadi tambah PD kalau punya kesamaan-kesamaan dengan tokoh utama film-film terkenal lalu terinspirasi melakukan apa yang mereka lakukan.
Line today meskipun membosankan kayak IG jadi alternatif hiburan terseringku sih selama ini. Disitu aku tahu bahwa drakor dengan judul seirama dengan mantraku diawal bulan Juni kemarin bercerita tentang Mental Hospital. Tapi yang aku gak suka tokoh utamanya digambarkan seorang yang diatas rata-rata tuh kan gak membumi. Jadi tokoh utama perempuannya itu seorang penulis dongeng terkenal. Akutu takut film ini gak cocok sama pasien kesehatan mental karena malah justru mereka jadi tambah terpuruk karena membuat mereka jadi berekspektasi terlalu tinggi. Hidup ini kan sebenernya yang penting jadi pribadi yang lebih baik serta bermanfaat. Tidak semua orang punya privilege untuk terkenal didunia. Tapi siapapun tanpa privilege apapun bisa terkenal di surga.
https://www.instagram.com/tvndrama.official |
Film yang cocok ya kukira tergantung orangnya juga. Lebih suka yang membumi atau science fiction. Buat yg jomblo hindari drama romantis. Idealnya sih ya film-film yang bikin kita bilang ke diri kita sendiri its okay to be not okay. Tidak ada manusia yang sempurna, ketika kesehatan fisik maupun mental ada masalah ya gpp. Namanya juga manusia. Tetap bisa masuk surga dan menjadi pribadi yang lebih baik itu kan yang penting. Gak harus terkenal gak harus jenius gak harus kaya raya daya. Bisa mandiri dan bermanfaat bagi orang lain itu yang penting.
Yaudah sih, aku sudah biasa ke psikolog kuy kalian jugaa.. Mari kita lebih aware dengan kesehatan mental diri sendiri maupun orang terdekat. Its okay to be not okay. Btw maaf kalau kata-kata yang aku pakai terkesan boros. Soalnya aku hanya berusaha menjaga kata-kata aja. Kan gak semua orang aware dengan kesehatan mentalnya sendiri, jadi disini aku juga benar-benar berusaha memilah kata agar postingan ini nyaman dibaca oleh semua termasuk pasien kesehatan mental. Kita gak boleh loh bilang orang yang ke psikiater itu orang gila, karena setiap masalah kesehatan mental punya istilah dan istilah gila adalah istilah yang dilarang.
Komentar
Posting Komentar