Langsung ke konten utama

Fanatik dan Iman

Banyak orang salah kaprah dengan istilah fanatik kaitannya dengan agama. Baik yang pro maupun kontra. Mereka yang kontra kebanyakan menyamakan fanatik dengan taat menjalankan syariat Islam. Mereka yang pro menyamakan fanatik = iman yang kuat.

Sesungguhnya menurut saya fanatik dan iman tidak ada kaitannya. Justru fanatik itu sendiri bertentangan dengan iman. Penggambaran fanatik dengan analogi cara seseorang mengamalkan ajaran agamanya kurang pas. Menurut saya, penggambaran sifat fanatik yang sempurna itu ada pada fanatisme para penggemar klub-klub sepak bola yang sering rusuh baik di dunia maya maupun nyata. Sampai bentrok berdarah. Saling julid satu sama lain di dunia maya.

Fanatik, fans, penggemar. Kata fanatik erat kaitannya dengan kata dasar "fans." Ngefans berlebihan sampai merendahkan yang lain. Ngefans salah satu klub, terus mengunggulkan klub yang digemari, mudah merendahkan klub yang tidak digemari.

Secara umum fanatik adalah senang merendahkan pilihan orang lain yang berbeda dengan dirinya. Dalam konteks apapun, pilihan klub sepak bola, artis yang disukai, agama, dll. Dalam fanatisme terkandung kesombongan. Ada keinginan untuk menunjukkan "Ini loh, pilihan gue lebih baik dari lo!" Sedangkan kesombongan itu bertentangan dengan iman. Ketika manusia sombong, saat itulah dia lupa bahwa yang berhak sombong hanyalah Tuhan Semesta Alam.

Menurut saya, Rasulullah itu tidak fanatik. Ketika Rasulullah rutin menyuapi seorang nenek yahudi tua renta, apakah pernah Rasulullah menjelek-jelekkan agama yang dianut nenek tersebut? Siapa manusia yang keimanannya paling kuat di muka bumi ini? Tentu saja para Rasul Allah. Jadi fanatisme dan iman itu sesuatu yang bertentangan.

Sebagai tambahan, jangan sampai salah kaprah dengan opini saya pada artikel ini. Jangan terus berprasangka bahwa saya setuju dengan ungkapan semua agama itu benar. Dari SMA ya, saya menentang kalimat itu, amat sangat tidak setuju. Mengenai perbedaan agama saya senada dengan Marcell Siahaan yang mana Marcell mempopulerkan lagu tersebut jauh sebelum menjadi mualaf: "Tuhan memang satu, kita yang tak sama."

Jika kita memang mempercayai adanya tuhan. Maka kita percaya bahwa tuhan yang benar itu ada satu. Ada banyak versi tuhan menurut berbagai agama, yang benar ya cuma satu. Agama yang benar ya cuma satu. Alam semesta ini hanya dikuasai oleh satu tuhan. Apa mungkin tuhan dari setiap agama hidup berdampingan melakukan musyawarah untuk membuat takdir-takdir di atas bumi? Tentu tidak. Tidak semua agama berasal dari Tuhan. Satu dari Tuhan, banyak dari manusia.

Kalimat semua agama itu benar menunjukkan bahwa dia yang mengatakan itu tidak yakin dengan agamanya sendiri. Kalau ragu gimana? Ya cobalah melepas kesombongan, membersihkan hati, jangan merasa benar sendiri. Niatkan memang untuk mencari Tuhan. Alam semesta termasuk manusia adalah ciptaan Tuhan. Naluri jiwa manusia yang bersih akan dengan sendirinya mengantarkan pada kebenaran, kepada Tuhan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bahaya dari Keinginan Bahagia Selamanya

 Karena itu tidak akan terjadi selama kita di dunia kecuali jika mengidap penyakit manik. Salah satu contoh penderita penyakit manik ada di drama korea "It's Okay to be Not Okay. Gamau kan jadi kayak dia hehe. Rasulullah kekasih Allah SWT aja manusia paling beruntung di dunia karena menjadi manusia yang paling dicintai oleh Allah SWT sering merasakan kesedihan. Saat sedih Allah SWT tidak menyalahkan Rasul karena Rasul manusia dan sedih itu manusiawi. Dibanding menyalahkan Rasulullah yang sangat sedih saat ditinggal meninggal oleh dua orang yang paling disayanginya waktu itu, yaitu Paman Rasul yang sudah merawat dan melindungi Rasul sejak kecil dan istri beliau satu-satunya saat itu yang sangat mengerti, melindungi serta penentram hati Rasul awal-awal diangkat sebagai Rasul oleh Allah SWT. Allah tidak menyalahkan Rasul dengan berkata "Kurang apa cinta-Ku kepadamu? Allah justru menghibur Rasul dengan dinaikkan buraq. Kendaraan tercepat yang pernah ada di dunia. Kecepatannya...

Mahasiswa Bodoh

Sudah 3 semester aku kuliah di MBA UGM. Pertama semester 0 yang biasa disebut matrikulasi kalau disini disebutnya Pra-MBA. Kedua semester 1 lanjut semester 2. Tiga semester yang bikin aku merasa bodoh banget. Entah kenapa, perasaan pas S1 aku pinter-pinter aja meskipun telat ngerjain skripsi. Jadi meskipun IPK diatas 3,5 aku tetap gak dapet gelar cumlaude. Sedih si. Tapi ya bagaimana lagi. Apalagi setelah aku tahu ternyata selama ini aku menderita bipolar disorder. Yaudah si dimaklumi aja, berat emang fase depresi. Apakah aku gak exited kuliah MBA? Apakah ada yang maksa aku kuliah MBA? Aku exited dan aku sangat ingin kuliah MBA atas kemauanku sendiri. Aku pakai beasiswa loh, LPDP yang mana aku harus effort seleksi dengan persyaratan administrasi yang bikin harus kesana kemari urus itu. Itu atas kemauanku sendiri, aku sangat ingin dapat beasiswa LPDP. Aku juga mock up seleksi wawancara LPDP berkali-kali. Aku exited. Tapi hari pertama acara MBA UGM masih daring karena berdekatan dengan p...

Melawan Gejala Bipolar

 Kalau dulu bipolarku pernah menduduki posisi ketiga dari deretan masalah-masalah besar di hidupku. Sekarang bipolar menduduki peringkat pertama sebagai masalah terbesar di hidupku. Meskipun ya bipolar sudah membawaku ke keberuntungan-keberuntungan terbesar selama hidupku juga sih belakangan ini. Berkah besar di dalam musibah besar hihi. Aku sebenarnya juga curiga, ide-ide yang membawaku pada prestasi-prestasi di masa lampau juga buah dari episode manik/hipomanikku di masa lampau. Jadi ya bipolar selain membawaku berada di bawah rata-rata juga membawaku berada di atas rata-rata. Syukuri gak? Ya syukuri yang sudah ada, dengan tetap berusaha untuk pulih dari bipolar. Jadi enak gak bipolar? Enggak si. Pas fase down jelasss, mau mati aja rasanyaaa.. Pas fase up? Kalau beruntung ya bisa membawa kita kepada masterpiece. BERUNTUNG YA CATET BERUNTUNG!! Masalahnya yakali beruntung terusss.. Hidup di dunia apa di surgaaa? Ngarep beruntung terus ya nanti kalau masuk surgaaa.. Sejak akhir tahu...