Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2018

Terjebak

Pagi tadi saya ingin sarapan pakai ubi. Gara-gara itu saya langsung auto nyanyi "Tanam-tanam Ubi," lagunya upin ipin. Lalu pas lagi mandi, biasalah kadang juga auto nyanyi (duh). Mendadak saya terpelatuq dengan pantun yang terdapat dalam lagu tersebut: "Naik kereta api, turun di padang tembak. Kalau tak hati-hati, kita kan terjebak." Itu yang sedang saya rasakan. Terjebak. Kebahagiaan yang sebentar bisa membuat kita terjebak dalam sesuatu yang tidak kita inginkan dalam jangka waktu yang jauh lebih lama.  sumber foto: https://www.flickr.com/photos/nzcarfreak/7356968716/ Ya, namanya aja terjebak, susah keluarnya. Tak perlu dirisaukan menurut saya, dinikmati saja.  Nanti kalau sudah waktunya juga kita bisa keluar dari.. hmmm kok gak pas ya, kalau dibilang jebakan. Soalnya tidak ada yang menjebak. Sebenernya saya menggunakan kata terjebak itu untuk menggambarkan suatu efek samping yang tidak kita sangka sebelumnya. Dampak dari sebuah kebahagiaan yang, ya, seben

Pungli

Pungli disini bukan singkatan dari nyemplung kali*)  ya, bukan. Pungli disini ya sejenis pemerasan dan penyalahgunaan wewenang. Pungli juga bisa dilakukan oleh seseorang tanpa memiliki wewenang resmi sih. Tapi kali ini saya ingin membahas pungli di lingkungan pemerintahan. Ya biasalah kalau ngurus-ngurus apalah. *) Berikut ilustrasi dari nyemplung kali, alias jatuh terperosok ke dalam sungai, sumber foto: https://www.flickr.com/photos/tony709/24467836949/ Dulu waktu belum lulus kuliah saya pernah kena pungli 10rb waktu bikin surat keterangan usaha. Padahal ya saya masih sambilan kan itu, wong belum lulus. Rasanya gak rela sebenarnya. Tapi saya terpengaruh sama sikap panik ibu saya, maklum lah kami tinggal di kampung. Jadi ya, ibu saya gampang takut, panik, khas emak2 di kampung. Padahal ya sebenarnya gak perlu juga, wong itu usaha jaman saya ikutan kompetisi dulu, sekarang udah gak pernah saya pegang. Tidak perlu dibuat surat keterangan usahanya, wong tidak dilanjutkan. Wakt

Tersangka Musibah Maret - Mei 2017

Jiah malah jadi pengen bahas "cuma" XD. Jadi ya biasalah ya, ada orang yang merasa jauh lebih diatas kita. Misal dia seorang pejabat atau istri pejabat. Kalau ngelihat kita itu selalu, misal ya, "halah cuma feni." Udah ngecap kita bodoh gara-gara telat lulus kuliah padahal kuliahnya gak di teknik/kedokteran. Udah  ngecap  kita lebih bodoh dari mereka yang lulus lebih cepat. Mandang kita lebih rendah karena profesi orang tua kita yang "cuma apa." Mandang kita lebih rendah karena gak tajir. Mandang lebih rendah karena kulit kita gak kinclong. Ya gitulah. Malah mremen bahasan lainnya, hehe. Emosi dari apa yang terjadi di Maret - Mei 2017 suka kebawa-bawa, duh. Astaghfirullah. Ya gitulah, teman yang diminta tolong karena kita takut sesuatu yang kita takutkan terjadi malah berusaha sebisa-bisanya agar apa yang kita takutkan tsb terwujud. Secara tersirat teman kita itu bilang: Elo siapa sih! Gak pantes! Udah jelek, lulus telat, gak sukses (sekarang kan dia

Mendadak Mantap Resign

Akhir Februari lalu, dalam my last speech di depan teman-teman BSI, mereka menanyakan alasan dibalik keputusan saya untuk resign. Gimana ya, untuk hal ini saya lebih mantap jika menjelaskan sedetail yang saya mau. Kalau ke HRD pas mengajukan resign ya bilang singkat ajalah. Lagipula HRDnya waktu itu sedang sibuk, tidak punya banyak waktu. Meskipun sebenarnya saya ngganjel je waktu cuma kasih alasan singkat waktu menghadap HRD, pengennya ya kasih alasan sedetail yang saya mau XD. Sumber gambar: https://www.flickr.com/photos/adrianos_evangelidis/38777057345/ Pada saat my last speech saya jawab alasannya akan saya tulis di blog ini. Meskipun sekarang pasti sudah tidak ada yang peduli. Karena sudah janji ya harus ditepatilah. Oke sip. Saya puas, saya tenang, hutang janji terbayar. Jadi cerita unfaedah ini akan saya mulai dari kenapa saya ingin bergabung dengan BSI. Alasannya ada di postingan  Mencari Obat Penghilang Rasa Malas . Cari tempat magang sementara selama 2 bulan adalah so

Saya Cocoknya Jadi Apa?

Setelah setahun lebih tidak pernah update di medsos, akhirnya 2 hari yang lalu @motivatweet kembali muncul di IG. Postingan keduanya di IG berhasil menarik jari-jari saya untuk ikut mengirimkan komentar :) Berikut postingannya: Berikut komentar saya: Paling Suka yang Mana? Saya jadi berfikir, apa sebaiknya saya fokus nulis di blog saja? Sebelumnya, akhir Juli lalu waktu saya meet up dengan sahabat saya, dia bilang, "Kamu tuh cocoknya jadi dosen." Membuat saya makin mantap untuk kembali berpikir, sebenernya saya cocoknya jadi apa sih? Kalau dosen sih kok kayaknya enggak 100% saya ya. Apakah ada profesi yang lebih cocok untuk saya dibanding menjadi seorang entrepreneur? Jika memang ada profesi lain yang lebih cocok untuk saya, tentu, start up saya tidak bisa saya tinggalkan begitu saja. Jujur, aslinya jualan online itu serunya minta ampun. Tapi seringkali saya malasnya juga minta ampun, hehe. Saya itu suka banget kalau disuruh bikin rencana, detail per bulan

Mencari Obat Penghilang Rasa Malas

Seperti yg sudah pernah saya ceritakan di " My Bad History About Self-Discipline ," mengalahkan diri sendiri itu bukan hal yang mudah. Sudah bertahun-tahun lamanya Self-Discipline jadi masalah utama saya. Kalau orang tanya apa sih hambatan bisnis terbesarmu? Maka jawaban saya adalah diri saya sendiri yang masih Moody abis. Bukan masalah pemasaran atau yang lainnya. Sumber gambar: https://www.flickr.com/photos/herbalcell/3305200094/ Dulu saya berpikir bahwa solusi dari permasalahan Self Discipline saya adalah seorang mentor. Setelah mengikuti program mentoring online selama beberapa bulan ya banyak hal sih yang saya dapatkan. Berharga juga. Tapi hasilnya tidak se-instan yang sebelumnya saya bayangkan, karena saya kurang disiplin soal waktu. Lagi-lagi Self Discipline!!! Sempat ikut sebuah program pendampingan bisnis di kota saya yang mewajibkan konsultasi sebulan sekali. Tetapi saya malah cuma berangkat sekali habis itu tidak pernah, hehe. Ya begitulah,  Self Discipline

Partner Bisnis

Saya pertama kali mendapatkan partner bisnis itu kalau gak akhir tahun 2014 ya awal 2015, agak lupa saya. Saya mendirikan bisnis utama yg sekarang ini di tahun 2014. Saat itu saya lupa sudah kepikiran untuk cari partner bisnis yg bisa bantu saya mengatasi sifat moody saya atau belum. Saat itu saya butuhnya pemodal. Dapet sih, tapi teman saya yang ini agak ribet dan belum go online. Jadi ya agak susah juga setelah dijalani, apalagi setelah teman saya pindah ngontrak nun jauh dari rumah saya. Dulu ngekost lumayan dekat dari rumah saya. Akhirnya kerjasama kami hanya sampai tahun 2015. Akhir tahun 2015 saya berpartner dengan teman saya, bukan pemodal. Tapi ikut ngerjain rutinitas bisnis. Kerjasama kami hanya sampai tahun 2016 kalau tidak salah, karena sistemnya jauh dari kata siap. Awal tahun saya sempat menghubungi seorang mbak2 senior saya dulu waktu SMA, baru mau ngajakin ketemuan karena saya mau nawarin kerjasama partnership eh langsung ditolak mentah-mentah. Susah partneran bisnis

Blogging For Life?

Sumber gambar: https://www.flickr.com/photos/jmel36/8620166078/ Dulu waktu masih sekolah saya pernah ikut lomba yang diadakan Telkom, dari sana saya dapat bingkisan buku tentang memanfaatkan blog untuk mendapatkan penghasilan dari Google Adsense. Saya tidak berminat dan sampai sekarang belum pernah mencoba mencari penghasilan dari Google Adsense. Tetapi saat itu saya merasa bahwa sayang sekali kalau saya mendapatkan buku tersebut tapi ilmunya tidak ada yang saya praktekkan, ya sudah sih, setidaknya saya praktek bikin blog. Akhirnya saya membuat sebuah blog, dan memposting esai pertama saya yang dimuat media, meskipun bukan media publik, hanya majalah internal, untuk karyawan telkom. Setelahnya saya pelit blogging. Merasa eman-emang kalau nulis di blog, soalnya tidak dibayar. Mending nulis-nulis yang menghasilkan. Bahkan nulis di draft saja saya pelit, pelit atau malas sih sebenarnya, atau dua2nya? XD  Kalau jaman sekolah kan ya, wajar ya, waktu itu saya harus mempersiapkan UN.