Langsung ke konten utama

Terjebak

Pagi tadi saya ingin sarapan pakai ubi. Gara-gara itu saya langsung auto nyanyi "Tanam-tanam Ubi," lagunya upin ipin. Lalu pas lagi mandi, biasalah kadang juga auto nyanyi (duh). Mendadak saya terpelatuq dengan pantun yang terdapat dalam lagu tersebut: "Naik kereta api, turun di padang tembak. Kalau tak hati-hati, kita kan terjebak."

Itu yang sedang saya rasakan. Terjebak. Kebahagiaan yang sebentar bisa membuat kita terjebak dalam sesuatu yang tidak kita inginkan dalam jangka waktu yang jauh lebih lama. 

sumber foto: https://www.flickr.com/photos/nzcarfreak/7356968716/

Ya, namanya aja terjebak, susah keluarnya. Tak perlu dirisaukan menurut saya, dinikmati saja. Nanti kalau sudah waktunya juga kita bisa keluar dari.. hmmm kok gak pas ya, kalau dibilang jebakan. Soalnya tidak ada yang menjebak.

Sebenernya saya menggunakan kata terjebak itu untuk menggambarkan suatu efek samping yang tidak kita sangka sebelumnya. Dampak dari sebuah kebahagiaan yang, ya, sebentar saja. Ibarat kata kebahagiaan yang cuma 1/2 bulan menjebak kita dalam efek samping negatif selama berbulan-bulan lamanya, entah sampai kapan. Efek samping yang belum pernah kita bayangkan sebelumnya. Belum pernah kita rasakan sebelumnya. Namanya terjebak ya gak enak, karena kita sangat ingin keluar dari situasi tersebut, tapi tidak kunjung bisa.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Saya Cocoknya Jadi Apa?

Setelah setahun lebih tidak pernah update di medsos, akhirnya 2 hari yang lalu @motivatweet kembali muncul di IG. Postingan keduanya di IG berhasil menarik jari-jari saya untuk ikut mengirimkan komentar :) Berikut postingannya: Berikut komentar saya: Paling Suka yang Mana? Saya jadi berfikir, apa sebaiknya saya fokus nulis di blog saja? Sebelumnya, akhir Juli lalu waktu saya meet up dengan sahabat saya, dia bilang, "Kamu tuh cocoknya jadi dosen." Membuat saya makin mantap untuk kembali berpikir, sebenernya saya cocoknya jadi apa sih? Kalau dosen sih kok kayaknya enggak 100% saya ya. Apakah ada profesi yang lebih cocok untuk saya dibanding menjadi seorang entrepreneur? Jika memang ada profesi lain yang lebih cocok untuk saya, tentu, start up saya tidak bisa saya tinggalkan begitu saja. Jujur, aslinya jualan online itu serunya minta ampun. Tapi seringkali saya malasnya juga minta ampun, hehe. Saya itu suka banget kalau disuruh bikin rencana, detail per bulan

Curhatan Pertama Saya di Semacam Buku Diary

Aktivitas beres-beres rumah seringkali tidak hanya membuat rumah kita menjadi lebih rapi dan lebih bersih. Apalagi jika kita sekalian bongkar-bongkar kardus yang berisi buku-buku atau kertas-kertas jadul. Terkadang kita menemukan foto atau apalah yang bisa membuat kita tertawa sendiri. Pada suatu ketika, sudah lama sih. Ingin nulis ini juga sudah lama, baru sekarang direalisasikan, hehe. Saya menemukan diary mbak dini, kakak saya yang nomor dua. Dia punya semacam buku diary kecil yang awalnya fungsi utamanya bukan buat diary maupun notes, tapi dipakai untuk mempersilakan teman-temannya mengisi biodata disana. Biasalah biodata yang ada mifa mafa sama pantun satu titik dua koma, wkwkkwk. Saya dulu ikut-ikutan nulis biodata disitu dengan tulisan acak adul saya, maklum masih SD waktu itu. Berikut tulisan biodata saya: Pada beberapa lembar setelahnya juga ada satu halaman yang berisi curhatan saya. Saya lupa tepatnya kapan saya curhat seperti itu, sepertinya ketika saya mas

Aku Didiagnosa Menderita Gangguan Jiwa

                 F31, kek singkatan namaku euy. Feni 3 1 hehe. KZL. Tapi ya gpp. Udah terlanjur. Ya malah aku syukuri, karena gejala bipolar hampir semua bisa mewakili kepribadianku saat ini. Jadi kalau kamu mau tanya kepribadianku kayak gimana kelebihan dan kekuranganku gimana, itu hampir semua ada jawabannya di list gejala bipolar awikwok.                 ODB punya kecenderungan kreatif, sering berlimpah ide-ide, berprestasi dan mempunyai IQ diatas rata-rata. Banyak tokoh terkenal dengan karya fenomenal ternyata adalah ODB, diantaranya adalah Isaac Newton, Vincent Van Gogh, dan Mozart. Mereka bisa menghasilkan masterpiece di saat mereka sedang dalam kondisi mania.                 Jangan-jangan IQ ku 132 karena aku ODB? Hehe. Jadi ODB berperan besar dalam proses bertelurnya karya-karyaku selama ini yang mengantarku kepada berbagai prestasi. Kalau disuruh milih, mau jadi ODB dg IQ tinggi atau jadi manusia normal dengan IQ sekitaran 100-119 aja? Aku juga bakal milih jadi ODB dg IQ t