Langsung ke konten utama

Insta Blogging

Frasa Insta Blogging muncul dibenak saya saat di rumah, sehari setelah mengikuti Young Entrepreneur Bootcamp di kota sebelah. Sesi terakhir dari YEBootcamp tersebut adalah sesi dari mbak Pipit yang tenar dengan akun IG @pacarkecilku. Mbak Pipit sharing betapa pentingnya menuliskan caption di IG berupa story telling. Jadi tidak sekedar sebaris dua baris, lalu dilanjut hashtag.

Mbak Pipit sudah merasakan faedah yang luar biasa dari membuat story telling di setiap postingan IG-nya. Mbak Pipit seringkali diajak kerjasama dengan Kemenpar, contohnya, mempromosikan film "Aruna dengan Lidahnya" mencicipi wisata budaya di pelosok Kalimantan, dll. Mbak Pipit sebagai seorang selebgram pernah bertanya, following di akunnya belasan ribu, banyak selebgram lain dengan followers ratusan ribu, kenapa Mbak Pipit yang dipilih? Jawabannya adalah karena Mbak Pipit konsisten ber-story telling dalam setiap unggahannya di instagram dan orisinil.


IG Story @kitamudakreatif
Story telling ini sangat berguna untuk kami para peserta YEBootcamp yang mana kami semua memiliki usaha di bidang industri kreatif. Banyak cerita yang bisa kita angkat dari kelebihan-kelebihan produk kita yang mana bisa menjadi bahan pertimbangan calon pembeli. Apalagi kalau produk kita benar-benar high quality serta memiliki unsur sosial. Contohnya, ramah lingkungan, mempunyai program CSR rutin, bermanfaat untuk lingkungan sekitar, atau malah kita sendiri adalah seorang socio preneur. Tentu banyak sekali bahan yang bisa diceritakan yang sekiranya bisa membuat pembeli semakin yakin untuk membeli produk kita. Dimana mereka tidak hanya mendapatkan barang yang mereka inginkan, tapi juga pembeli otomatis ikut serta dalam penebaran dampak sosial yang positif dengan membeli produk kita.

Jadi inget pesan guru saya di akhir tahun lalu untuk mulai menggunakan narasi dalam setiap keterangan produk yang saya unggah di internet. Waktu itu saya malas, karena saya lebih suka menggunakan info produk detail yang rapi dan terstruktur. Tapi, menurut guru saya, dengan membuat narasi, calon pembeli bisa hanyut dengan narasi yang kita tuliskan, apalagi kalau sudah diberi sentuhan ilmu copywriting hypnulis. Wahhh...

Sebagai murid saya tetap berusaha membuat narasi produk yang saya resell. Saya ubah gaya caption postingan olshop saya. Tapi kalau untuk bisnis yang produksi sendiri saya sudah auto pakai narasi sih. Soalnya ya saya suka nulis dan kelebihan produk yang saya produksi sendiri itu lebih nyaman disampaikan dengan narasi, bukan keterangan produk yang kaku. Ternyata ini namanya story telling.

Balik lagi bicara tentang sesi mbak Pipit. Sesi ini membuat saya berniat untuk tidak lagi hanya sekedar upload foto di IG personal, apalagi IG online shop (kalau online shop sudah pakai story telling sih sebelumnya, jadi tinggal dilanjut aja). Setelah itu saya berniat untuk menyertakan story telling di setiap postingan di IG pribadi sayad. Saya mulai dengan mengikuti kontes membuat story telling dari acara YEBootcamp di IG. Kontes yang dibuat oleh Mbak Pipit dan panitia. Berikut postingan saya yang saya ikutkan kontes tersebut:



Hampir segala sesuatu dari YEBootcamp saya suka dan membuat saya sangat bergembira. Sebelum hari H pun saya sangat antusias, dan ternyata YEBootcamp memang beyond expectation. Sebelum posting di IG, saya mengetik captionnya dulu di word. Biar lebih nyaman, karena banyak sekali yang ingin saya ungkapkan di caption.

Ternyata dari yang sudah saya tulis di word tidak semuanya bisa muncul di caption. Ya, karena inti dari instagram adalah sharing gambar, bukan sharing tulisan. Akhirnya saya harus memilah-milah mana yang saya masukkan caption, mana yang tidak, dan akhirnya hasilnya bisa my friends lihat di postingan IG saya diatas.

Saya jadi ingat, setiap blogging, saya sering kali ingin cerita buanyaaakkkkkkkkkk... Karena saat menulis adaaaa ajaaaa pemikiran di kepala maupun cerita yang ingin saya share, kadang jadi gak fokus melebar kemana-mana. Solusinya sudah ada sih, bisa my friends baca di postingan ini: https://fenifine.blogspot.com/2018/09/gara-gara-ingin-cerita-secara-detail.html.

Insta Blogging
Tapi setelah mengikuti mengikuti kontes bikin caption story telling, saya jadi punya ide untuk mulai insta blogging. Apasih insta blogging itu? Apakah ada yang menggunakan istilah ini sebelumnya? Saya coba googling, di halaman pertama saya tidak menemukan frasa ini. Saya coba searching di IG, sudah ada 68rb an yang menggunakan hashtag #instablogging.

Saya cek postingan2 yang menggunakan hashtag #instablogging. Semuanya orang luar (yg tampak di hasil pencarian atas, saya tidak scroll sampai bawah sendiri, sayang waktunya, hehe), mayoritas barat. Isinya ada yang sekedar update foto keseharian dengan caption beberapa kata atau hanya beberapa baris lalu disertai hashtag. Ada yang mengabarkan ke followersnya kalau mereka barusan update di blog mereka. Ada yang senada dengan yang saya maksud dari frasa Insta Blogging.

Insta Blogging yang saya maksud adalah memanfaatkan instagram sebagai sarana untuk blogging. Jadi tidak melulu kita para blogger hanya bisa memanfaatkan blog site. Instagram bagus juga ternyata untuk berbagi tulisan.

Kelebihan dari insta blogging adalah caption yang dibatasi membuat saya bisa membiasakan diri untuk fokus dalam berbagi suatu topik yang akan saya bahas. Tidak melebar kemana-mana. Juga latihan bercerita secukupnya. Membatasi diri untuk tidak semua-muanya ingin dishare dan diceritakan.

Kelebihan lainnya adalah audiens yang dijangkau melalui instagram bisa jauh lebih banyak. Postingan di instagram lebih mudah mengundang like dan komentar dari pada di blog site. Karena saya menulis karena pengen aja, utk kepuasan diri saja, saya tidak memikirkan seo dari situs blog saya. Sehingga kalau tidak di share di socmed ya, sepiiii...

Mending blogging di media sosial aja sekalian kan. Instagram sekarang juga jadi media sosial yang paling hits. Tapi tetap saja saya harus ingat pesan guru saya. Media sosial itu bisa diibaratkan hanya stan pameran. Jangan hanya mengandalkan media sosial, karena bisa tutup kapan saja, seperti friendster yang sudah goodbye, google + yang otw goodbye, tumblr yang diblokir pemerintah.

Belum lagi mudah bagi IG, FB, dkk untuk tiba-tiba memblokir akun pengguna mereka, meskipun pengguna yg diblokir sudah memiliki banyak followers. Kita tidak punya banyak kendali atas keberlangsungan akun media sosial kita. Jadi, situs blog tetap wajib dipunya. Media sosial ibarat stan pameran, situs blog rumah kita di dunia maya.

Insta blogging juga memungkinkan kita lebih sering sharing tulisan karena caption yang dibatasi justru bisa mempermudah kita, tidak menghabiskan waktu banyak untuk menulis. Kalau di situs blog, suka susah berhenti, karena kita bisa menulis sepanjang yang kita mau. Jadi menghabiskan banyak waktu. Tidak seperti di instagram. Sehingga setiap kita mendapatkan wangsit dari Tuhan, apapun itu bisa segera kita share ke instagram. Kalau di blog kelamaan, bisa gak berhenti-berhenti nanti nulisnya. Tulisan kita juga bisa lebih fokus.

Gambar
Dulu saya bikin akun IG gara-gara teman saya yang bernama Ratih dan Hutami. Ratih menyarankan saya agar membuat akun IG. Dulu saya jawab, saya gak suka foto-foto. Tapi beberapa saat kemudian saya buat juga. Kalau Hutami dulu dia ngajak follow2an, akhirnya saya buat akun personal dan akun online shop.

Online shop saya dulu sepi waktu pertama buat akun IG. Namun setelah mencoba pakai hashtag mulai ramai, bahkan menarik calon pembeli saat postingan belum ada 10. Followers melonjak saat saya hubungkan dengan akun FB saya yang hampir memiliki 5000 teman. Kalau IG personal saya baru ada postingan setelah diminta teman saya untuk mengupload foto kami berdua. Lumayan banyak responnya saya jadi senang. Waktu tu saya jadi berniat untuk posting-posting foto lagi ke depannya.

Saya awalnya berpikir bahwa akun IG personal tu ya cuma buat sharing foto pribadi atau foto hasil jepretan kita. Saya kan jarang selfie, jarang minta difotoin, bukan penggemar fotografi juga. Saya berpikir bahwa postingan IG saya setelah postingan pertama tetap saja bakal juaaraaaaannngggggggg. Males kalo harus foto-foto selfie-selfie.

Semuanya berubah setelah ada hashtag #30haribercerita di instagram. Wow ternyata instagram bisa jadi sarana blogging juga! Tidak melulu kita harus share foto kita sendiri. Bisa juga share dari gambar yang sudah ada sebelumnya. Ya, seperti akun @generasi90an yang share foto-foto jadul artis 90an atau foto mainan2 jadul yang sudah ada fotonya dari jaman dulu, tidak harus motret sendiri.


ilustrasi: https://www.flickr.com/photos/freestocks/31512220131/
Wah bisa nih, kan sejak akhir Desember 2016 saya sudah biasa memanfaatkan cc search creative commons (gudang foto gratis) sebagai sumber ilustrasi dalam postingan-postingan di situs blog saya. Gambar tidak lagi jadi masalah buat saya kalau ingin sering-sering posting di IG. Pengen sharing tentang apa, tinggal cari gambar yang sesuai di situs2 penyedia gambar gratis. Gambarnya bagus-bagus loh di situs2 tersebut. Jadi kita para blogger yang tidak suka foto, selfie, maupun desain grafis tetap bisa eksis di IG, menggunakan IG sarana untuk blogging, sharing tulisan-tulisan kita.

Apakah setelah ini saya bakal rutin dan sering insta blogging? Sepertinya belum. Karena saya ber-blogging ria bukan untuk mencari uang, tapi untuk kepuasan diri. Nanti paling baru bisa rutin kalau bisnis saya sudah auto pilot. Penghasilan rutin jumlahnya sudah aman tentram mencukupi. Ingin apa-apa tinggal beli. Hehe. Mau fokus ngurusin bisnis dulu sampai auto pilot. Baru bersenang-senang dengan blogging :)

Oh iya, setelah tercetus rencana untuk ber-insta blogging ria, somehow, saya jadi terbiasa untuk ingin bercerita secukupnya saja di dunia maya. Tidak semeluap-luap dulu. Tiap punya pengalaman apa, pengen diceritain, setiap merasa dapat pencerahan atau ide apa dari Tuhan, pengen segera dibikin tulisan di situs blog.

Takut orang salah paham dengan apa yang saya tulis, jadi pengen cerita detail. Sekarang saya tidak lagi pengen cerita sedetail dulu. Secukupnya saja. Tidak harus detail-detail. Asal udah wangun dibaca dan gak nggantung. Ada juga sih tulisan yang menurut saya belum selesai, masih ingin saya update tapi sudah saya publish di blog, ini tulisannya: https://fenifine.blogspot.com/2018/10/sesungguhnya-saya-seorang-deep-thinker.html

Ya gitu deh, alhamdulillah sesi materi story telling di YEBootcamp membuat saya berniat untuk ber-Insta Blogging. Sehingga saya terbiasa untuk bercerita secukupnya. Tidak perlu semua yang ingin diceritakan diceritakan. Lama-lama jadi auto keinginan untuk bercerita jadi tidak sedetail dulu.. Secukupnya saja.. Alhamdulillah..

Komentar

  1. Instastory saya biasanya saya pakai juga untuk sarana blogging. Ini lebih menyenangkan dibanding harus nulis caption yang segalanya serba terbatas.

    Memang sih, 24 jam ilang, lalu captionnya juga nggak ada. Tapi sejauh ini enreachment dari story itu lumayan bagus lho.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Saya Cocoknya Jadi Apa?

Setelah setahun lebih tidak pernah update di medsos, akhirnya 2 hari yang lalu @motivatweet kembali muncul di IG. Postingan keduanya di IG berhasil menarik jari-jari saya untuk ikut mengirimkan komentar :) Berikut postingannya: Berikut komentar saya: Paling Suka yang Mana? Saya jadi berfikir, apa sebaiknya saya fokus nulis di blog saja? Sebelumnya, akhir Juli lalu waktu saya meet up dengan sahabat saya, dia bilang, "Kamu tuh cocoknya jadi dosen." Membuat saya makin mantap untuk kembali berpikir, sebenernya saya cocoknya jadi apa sih? Kalau dosen sih kok kayaknya enggak 100% saya ya. Apakah ada profesi yang lebih cocok untuk saya dibanding menjadi seorang entrepreneur? Jika memang ada profesi lain yang lebih cocok untuk saya, tentu, start up saya tidak bisa saya tinggalkan begitu saja. Jujur, aslinya jualan online itu serunya minta ampun. Tapi seringkali saya malasnya juga minta ampun, hehe. Saya itu suka banget kalau disuruh bikin rencana, detail per bulan

Curhatan Pertama Saya di Semacam Buku Diary

Aktivitas beres-beres rumah seringkali tidak hanya membuat rumah kita menjadi lebih rapi dan lebih bersih. Apalagi jika kita sekalian bongkar-bongkar kardus yang berisi buku-buku atau kertas-kertas jadul. Terkadang kita menemukan foto atau apalah yang bisa membuat kita tertawa sendiri. Pada suatu ketika, sudah lama sih. Ingin nulis ini juga sudah lama, baru sekarang direalisasikan, hehe. Saya menemukan diary mbak dini, kakak saya yang nomor dua. Dia punya semacam buku diary kecil yang awalnya fungsi utamanya bukan buat diary maupun notes, tapi dipakai untuk mempersilakan teman-temannya mengisi biodata disana. Biasalah biodata yang ada mifa mafa sama pantun satu titik dua koma, wkwkkwk. Saya dulu ikut-ikutan nulis biodata disitu dengan tulisan acak adul saya, maklum masih SD waktu itu. Berikut tulisan biodata saya: Pada beberapa lembar setelahnya juga ada satu halaman yang berisi curhatan saya. Saya lupa tepatnya kapan saya curhat seperti itu, sepertinya ketika saya mas

Aku Didiagnosa Menderita Gangguan Jiwa

                 F31, kek singkatan namaku euy. Feni 3 1 hehe. KZL. Tapi ya gpp. Udah terlanjur. Ya malah aku syukuri, karena gejala bipolar hampir semua bisa mewakili kepribadianku saat ini. Jadi kalau kamu mau tanya kepribadianku kayak gimana kelebihan dan kekuranganku gimana, itu hampir semua ada jawabannya di list gejala bipolar awikwok.                 ODB punya kecenderungan kreatif, sering berlimpah ide-ide, berprestasi dan mempunyai IQ diatas rata-rata. Banyak tokoh terkenal dengan karya fenomenal ternyata adalah ODB, diantaranya adalah Isaac Newton, Vincent Van Gogh, dan Mozart. Mereka bisa menghasilkan masterpiece di saat mereka sedang dalam kondisi mania.                 Jangan-jangan IQ ku 132 karena aku ODB? Hehe. Jadi ODB berperan besar dalam proses bertelurnya karya-karyaku selama ini yang mengantarku kepada berbagai prestasi. Kalau disuruh milih, mau jadi ODB dg IQ tinggi atau jadi manusia normal dengan IQ sekitaran 100-119 aja? Aku juga bakal milih jadi ODB dg IQ t