Langsung ke konten utama

Salah dan Hidayah

Salah satu tanda kehidupan itu adalah bergerak. Berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Termasuk berpindah dari kasur ke pojokan kamar buat buka laptop, kerja, dsb. Nyuci piring, mandi, beli makan, kesana kemari, ngurus ini itu, dll dll. Dalam setiap pergerakan makhluk hidup tentu punya alasan, termasuk sesimpel alasan "ya cuma pengen aja," hehe. Lagi pengen ke dapur kek atau ngapain kek.

Mulai dari alasan sepele seperti hari semakin panas, badan semakin gerah, akhirnya mandi. Alasan mandi adalah karena ingin badan terasa segar, sehingga menjadi lebih semangat bekerja dsb. Sampai dengan alasan yang cukup berat alias berbobot, misal melakukan apapun dalam rangka menuju visi hidup. Mencapai target-target yang sudah ditetapkan sendiri.

Setiap melakukan aktivitas demi aktivitas. Seperti manusia pada umumnya saya juga ingin aktivitas saya berjalan lancar, sesuai ekspektasi tanpa hambatan. Saat menjumpai hambatan atau saya melakukan kesalahan sehingga menjauhkan saya dari keinginan sepele maupun target-target yang sudah dicanangkan sebelumnya, kadang jadi auto bete. Kadang ya sampai bikin saya jadi muring-muring sendiri. Atau ketika tanpa sadar timbul ekspektasi-ekspektasi secara auto dan ternyata realita berbicara berbeda. Hal-hal yang tanpa sadar gini juga seringkali tanpa sadar bikin badmood, karena kecewa, hehe.

Saat saya muring-muring sendiri tidak jelas atau badmood karena hambatan yang ada, karena realita yang tidak seuai ekspektasi saat itulah saya sebenarnya lupa bahwa saya hanyalah manusia. Bahwa hal seperti itu sebenarnya wajar bagi makhluk Tuhan. Ya, karena indera kita amat sangat terbatas. Bila dibandingkan dengan ilmu Tuhan, sebutir debu pun belum tentu cukup untuk menggambarkan bahwa betapa sedikitnya ilmu kita dibanding ilmu Tuhan.

Hanya Tuhan yang tidak pernah salah, hanya Tuhan yang sempurna. Saat kita menginginkan sesuatu namun tidak langsung mendapatkannya. Itu adalah hal wajar. Saat itulah Tuhan menyingkap satu demi satu ilmu-Nya untuk kita agar kita semakin dekat dengan apa yang kita inginkan. Masa depan, bahkan kejadian demi kejadian yang akan terjadi hari ini nanti, beberapa jam kedepan pun itu masih menjadi misteri untuk kita, manusia.

Kita ingin mencapai apa yang kita inginkan tanpa melakukan satu kesalahan pun. Ingin jalannya mulus terus. Ingin prediksi, ekspektasi, dan rencana kita selalu sesuai. Padahal selamanya akan banyak hal yang manusia tidak akan tahu, ya ilmu Tuhan tidak akan mungkin kita kuasai semua. Tuhan menciptakan manusia penuh keterbatasan, makhluk tentu saja tidak akan pernah bisa dibandingkan dengan Tuhan. Meskipun ya tentu saja ilmu akan membawa kita semakin dekat dengan apa yang kita inginkan. Tapi seberapa banyak pun ilmu yang bisa dimiliki manusia. Selalu tidak bisa dibandingkan dengan ilmu Tuhan. Bahkan sebutir debu pun bisa jadi terlalu besar untuk dijadikan perbandingan ilmu yang dimiliki manusia paling berilmu di dunia ini dengan ilmu Tuhan.

Sepandai apapun manusia, kesalahan tetaplah sebuah keniscayaan. Tidak mungkin hidupnya selalu mulus, realita kehidupannya selalu sesuai dengan ekspektasi. Bahkan manusia sendiri suka salah dalam berekspektasi. Sehingga kesalahan adalah sebuah hal yang wajar.

Adalah wajar ketika Thomas Alva Edison melakukan kesalahan demi kesalahan saat mencoba membuat lampu listrik. Setiap kesalahan yang dibuatnya membuka satu tabir hidayah dari Sang Pencipta. Hingga akhirnya setelah melakukan 999 kesalahan, tabir Tuhan sempurna terbuka memberikan hidayah pada Alva Edison sehingga Alva Edison menemukan cara membuat lampu listrik yang benar, akhirnya berhasil lah Alva Edison membuat lampu listrik di percobaan ke-1000.

Ilustrasi: https://www.flickr.com/photos/fireflythegreat/5972734058/

Jadi adalah hal biasa semisal kita lagi ngirit, menurut perhitungan kita bensin yang ada di motor cukup untuk sampai ketujuan tanpa harus refill bensin. Eh ternyata di tengah perjalan kita kehabisan bensin tapi pom dan penjual bensin lokasinya saat itu ngepas banget kok ya jauh semua. Ya, itu hal wajar kalau perhitungan kita meleset. Namanya aja perhitungan manusia. Kalau Tuhan tanpa perhitungan sudah tahu semuanya lah.

Kalau manusia, mau ngitung nggak ngitung ya tetap ada potensi salah. Meskipun kalau mengira-ngira dengan ilmu, potensi salahnya lebih sedikit daripada asal mengira-ira. Tapi ya kadang tanpa mengira-ira, atau hanya asal mengira-ira kita malah bisa mencapai apa yang kita inginkan. Ya itu semua hak Tuhan. Kita hanya bisa berusaha menunjukkan seberapa kuat keinginan kita kepada Tuhan agar keinginan tersebut dikabulkan oleh-Nya. Semuanya tetap di tangan Tuhan.

Sebagai manusia tugas kita hanya terus bergerak menuju apa-apa yang kita inginkan, menuju target-target yang sudah kita canangkan, menuju visi yang sudah kita tetapkan. Dalam perjalanan menuju kesana kita menemukan hambatan demi hambatan, perkiraan yang meleset, dsb, itu adalah hal yang wajar. Kita kan m-a-n-u-s-i-a, bukan Tuhan. Justru lewat kesalahan demi kesalahan tersebut Tuhan membuka tabir ilmu-Nya secara bertahap kepada kita sehingga kita mendapatkan hidayah demi hidayah dan akhirnya semakin dekat dengan apa yang kita inginkan, apa-apa yang ingin kita capai.

Jangan pernah ragu untuk bergerak, jangan pernah ragu untuk melakukan apa yang ingin kita lakukan untuk mencapai apa yang ingin kita capai. Jangan pernah ragu melakukan rencana-rencana yang sudah kita buat. Saat kita bergerak, sangat mungkin kita melakukan kesalahan karena kita manusia. Sangat mungkin menemukan realita-realita yang tidak seusuai dengan ekspektasi.

Tapi justru dengan semakin banyak bergerak, semakin banyak kesalahan yang kita buat, semakin banyak tabir-tabir ilmu-Nya yang Tuhan buka untuk kita. Hidayah pun satu persatu kita dapatkan. Hidup kita menjadi lebih baik. Kita menjadi lebih pintar. Kita menjadi lebih menyadari apa yang belum kita sadari sebelumnya. Kesalahan yang lebih besar yang tidak kita sadari sebelumnya sama sekali bahwa itu kesalahan. Akhirnya kita bersyukur Tuhan menunjukkannya kepada kita.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Saya Cocoknya Jadi Apa?

Setelah setahun lebih tidak pernah update di medsos, akhirnya 2 hari yang lalu @motivatweet kembali muncul di IG. Postingan keduanya di IG berhasil menarik jari-jari saya untuk ikut mengirimkan komentar :) Berikut postingannya: Berikut komentar saya: Paling Suka yang Mana? Saya jadi berfikir, apa sebaiknya saya fokus nulis di blog saja? Sebelumnya, akhir Juli lalu waktu saya meet up dengan sahabat saya, dia bilang, "Kamu tuh cocoknya jadi dosen." Membuat saya makin mantap untuk kembali berpikir, sebenernya saya cocoknya jadi apa sih? Kalau dosen sih kok kayaknya enggak 100% saya ya. Apakah ada profesi yang lebih cocok untuk saya dibanding menjadi seorang entrepreneur? Jika memang ada profesi lain yang lebih cocok untuk saya, tentu, start up saya tidak bisa saya tinggalkan begitu saja. Jujur, aslinya jualan online itu serunya minta ampun. Tapi seringkali saya malasnya juga minta ampun, hehe. Saya itu suka banget kalau disuruh bikin rencana, detail per bulan

Curhatan Pertama Saya di Semacam Buku Diary

Aktivitas beres-beres rumah seringkali tidak hanya membuat rumah kita menjadi lebih rapi dan lebih bersih. Apalagi jika kita sekalian bongkar-bongkar kardus yang berisi buku-buku atau kertas-kertas jadul. Terkadang kita menemukan foto atau apalah yang bisa membuat kita tertawa sendiri. Pada suatu ketika, sudah lama sih. Ingin nulis ini juga sudah lama, baru sekarang direalisasikan, hehe. Saya menemukan diary mbak dini, kakak saya yang nomor dua. Dia punya semacam buku diary kecil yang awalnya fungsi utamanya bukan buat diary maupun notes, tapi dipakai untuk mempersilakan teman-temannya mengisi biodata disana. Biasalah biodata yang ada mifa mafa sama pantun satu titik dua koma, wkwkkwk. Saya dulu ikut-ikutan nulis biodata disitu dengan tulisan acak adul saya, maklum masih SD waktu itu. Berikut tulisan biodata saya: Pada beberapa lembar setelahnya juga ada satu halaman yang berisi curhatan saya. Saya lupa tepatnya kapan saya curhat seperti itu, sepertinya ketika saya mas

Aku Didiagnosa Menderita Gangguan Jiwa

                 F31, kek singkatan namaku euy. Feni 3 1 hehe. KZL. Tapi ya gpp. Udah terlanjur. Ya malah aku syukuri, karena gejala bipolar hampir semua bisa mewakili kepribadianku saat ini. Jadi kalau kamu mau tanya kepribadianku kayak gimana kelebihan dan kekuranganku gimana, itu hampir semua ada jawabannya di list gejala bipolar awikwok.                 ODB punya kecenderungan kreatif, sering berlimpah ide-ide, berprestasi dan mempunyai IQ diatas rata-rata. Banyak tokoh terkenal dengan karya fenomenal ternyata adalah ODB, diantaranya adalah Isaac Newton, Vincent Van Gogh, dan Mozart. Mereka bisa menghasilkan masterpiece di saat mereka sedang dalam kondisi mania.                 Jangan-jangan IQ ku 132 karena aku ODB? Hehe. Jadi ODB berperan besar dalam proses bertelurnya karya-karyaku selama ini yang mengantarku kepada berbagai prestasi. Kalau disuruh milih, mau jadi ODB dg IQ tinggi atau jadi manusia normal dengan IQ sekitaran 100-119 aja? Aku juga bakal milih jadi ODB dg IQ t